JAKARTA - Perhatian Brigadir Niluh Putu Widyastuti terhadap pendidikan anak-anak di Kelurahan Petuk Ketimpun, Kecamatan Jakan Raya, Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah (Kalteng), membuatnya diusulkan pembaca sebagai kandidat di Hoegeng Awards 2023. Polwan yang akrab disapa Kak Dyas itu secara sukarela mengajar dan membagikan bantuan buku dan peralatan sekolah kepada anak-anak di sana.
Untuk mencapai ke kawasan itu, Kak Dyas harus menempuh perjalanan tiga jam menggunakan perahu kecil dari pusat Kota Palayangka Raya. Di sana, anggota Intel Polsek Pahandut itu membangun perpustakaan dan mengajarkan baca dan tulis kepada anak-anak, baik yang mengenyam pendidikan formal maupun yang tidak.
Hal itu yang membuatnya diusulkan sebagai kandidat penerima penghargaan Hoegeng Awards 2023 oleh salah satu warga Kapuas, Kalteng, Monita Safitri. Dia diusulkan melalui formulir digital https://dtk.id/hoegengawards2023.
Dilansir oleh media ini, Jumat (07/04)23).detikcom kemudian menghubungi Monita Safitri untuk menggali lebih dalam sosok dan cerita Kak Dyas. Monita mengenal Kak Dyas karena dia kerap membeli barang dagangannya. Dari situ, mereka saling bertukar cerita dan Monita mengetahui kegiatan yang dilakukan Kak Dyas.
"Setahu saya beliau itu bikin kayak taman atau perpustakaan baca di salah satu kecamatan di Palangka Raya. Terus beliau juga masuk ke dalam pedesaan gitu, untuk menyuarakan tentang membaca kepada anak-anak, " kata Monita kepada detikcom, Jumat (31/3/2023).
Kak Dyas disebut membangun taman baca yang bisa digunakan baik oleh anak-anak maupun orang dewasa. Monita menyebut lokasinya berada persis di tepian Sungai Kahayan.
"Beliau bikin perpustakaan di tempat itu, dia ke situ nggak bawa buku lagi jadi kalau datang. Jadi taman bacaan gitu, beliau juga menyuarakan ke anak-anak untuk membaca di sana, " terangnya.
Monita mengatakan tak setiap hari Kak Dyas datang ke sana. Sebab, dia harus membagi waktu dengan tugasnya di kepolisian.
"Untuk buku-bukunya itu dari beliau langsung. Saya lihat beliau membuat, mendirikan dulu sama timnya. Baru beliau mengajar ke sana kalau ada waktu, " ucapnya.
Menutur Monita, bangunan yang digunakan adalah milik pemerintah setempat. Kak Dyas meminta izin untuk menjadikannya taman baca dan pusat pendidikan.
"Untuk tempatnya susah diakses, beliau ke sana juga harus naik kapal klotok (kapal penyeberangan kecil) dulu. Kalau jalur darat nggak bisa, " imbuhnya.
Monita tidak tahu pasti sejak kapan Kak Dyas melakukan kegiatan itu. Yang jelas, lanjutnya, hingga kini kegiatan itu masih dilakukan.
"Beliau jadi gurunya langsung gitu kalau ke sana, ngajarin anak-anak di sana. Apapun yang bisa diajarkan ya diajarkan ke anak-anak, " sebutnya.
Dalam video yang diterima detikcom, sejumlah guru yang mengajar di kawasan tersebut mengaku sangat terbantu dengan kehadiran Kak Dyas. Salah satunya Banum, yang berharap agar kegiatan yang dilakukan Kak Dyas bisa terus berlangsung.
"Kedatangan Ibu Dyas sangat membantu kami di sini untuk masalah anak-anak buta aksara. Mudah-mudahan ke depannya kegiatan ini terus berlanjut, karena kami sangat membutuhkan keterbaharuan untuk anak-anak di sini untuk masalah membaca, menulis, dan belajar, " kata Banum.
Dia juga mengatakan perkembangan teknologi yang pesat juga menjadi tantangan sendiri. Sehingga, Banum berharap Kak Dyas bisa membantu agar anak-anak tidak terpengaruh hal-hal negatif dari perkembangan teknologi itu.
"Kita sudah zaman modern, kemajuan teknologi ini anak-anak sudah bisa menggunakan. Sehingga nanti mungkin dengan kedatangan mereka, bisa membuat anak-anak tidak menyalahgunakan HP dan lain sebagainya, " harapnya.
Selain mengajar baca dan tulis, Banum berharap Kak Dyas sebagai anggota Polri juga rutin memberi imbauan kepada anak-anak agar tidak terjerumus ke pergaulan yang salah.
Kesaksian lainnya datang dari Yosua Sitompul, yang sangat merasa terbantu dengan kehadiran Kak Dyas. Karena selain mengajarkan pendidikan formal, menurutnya, perlu ada motivasi lebih untuk anak-anak.
"Kegiatan seperti ini sudah cukup bagus terutama di daerah terpencil. Karena selain pendidikan formal, murid-murid banyak sekali harus dapat motivasi dari luar, " ungkapnya.
"Karena banyak dari orangtua di daerah terpencil seperti ini tidak terlalu mementingkan pendidikan atau masa depan dari anak-anaknya, jadi kegiatan ini sudah cukup bagus, " tambahnya.
Dihubungi terpisah, Kak Dyas mengatakan bahwa mengajar baca dan tulis itu dilakukannya karena kecintaan dia terhadap anak-anak. Sehingga, dia ingin memberikan apa yang bisa dia berikan kepada anak-anak.
Selain itu, sebagai anggota Polri, dia juga ingin memberikan pelayanan kepada masyarakat. Salah satunya agar masyarakat semakin percaya kepada institusinya tersebut.
"Karena dulu saya memang senang sama anak-anak dan ingin membagikan apa yang bisa saya bagikan, dan memberikan pelayanan ke masyarakat, " kata Kak Dyas.
Mulanya, Kak Dyas memiliki dua program yang dijalankan, yaitu Jejak Kemanusiaan Presisi dan Yanmas Buta Aksara. Dari program tersebut, dia bertemu dengan komunitas Ransel Buku, yang bergerak di bidang pendidikan.
"Saya ditawari oleh salah satu relawan di sana untuk menjadi tenaga pengajar baca, tulis, dan berhitung. Itu di daerah Palangka Raya, tempatnya di pinggir Sungai Kahayan, " tuturnya.
Lokasi tempat Kak Dyas mengajar baca dan tulis Lokasinya yang cukup sulit diakses menjadi tantangan tersendiri. Namun menurutnya, itu bukan suatu halangan berarti.
Meski tak jauh dari pusat kota, namun lokasinya tak bisa diakses melalui jalur darat. Dia harus menggunakan perahu kecil selama tiga jam perjalanan untuk sampai di lokasi.
"Kegiatan ini saya lakukan atas dasar kemanusiaan. Kemudian juga dasarnya saya membuat kegiatan ini, ini salah satu program dari Bapak Kapolri, " jelasnya.
Saat ini, ada 50 anak yang terdaftar mengikuti kegiatan belajar di komunitas Ransel Buku yang diikuti Kak Dyas. Anak-anak itu beragam usia, mulai 5 hingga 17 tahun.
"Ada juga yang sudah kita rekrut dia dari kecil belajar di sana, kemudian kita jadikan lagi tenaga pengajar di sana, " ucapnya.
Kegiatan mengajar itu dilakukan Kak Dyas di luar tugasnya sebagai anggota Polri. Untuk dana yang digunakannya pun, dia harus merogoh kocek pribadi.
Karena itu, dia sendiri mengatakan tidak bisa setiap hari berkunjung ke sana. Sebab, dia tetap mengutamakan tugasnya sebagai anggota Polri.
"Anak-anak ini juga Rata-rata membantu orang tuanya kerja di perkebunan sawit atau tempat kayak perkebunan karet gitu, membantu orang tuanya mencari tambahan biaya juga, " jelasnya.
Kak Dyas merasa bersemangat dan senang mengajar anak-anak di sana, karena dia merasa disambut baik. Setiap kali dia datang ke sana, anak-anak pasti selalu menyambutnya.
"Misalnya kita dari kota pagi, sampai ke sana itu sekitar jam 09.00 WIB atau 09.30 WIB, mereka itu udah nungguin kita dari jam 07.30 WIB. Semangat ini yang membuat saya termotivasi untuk terus mengajarkan anak-anak, dikarenakan anak-anak ini tadi antusias gitu, " katanya.
"Rasa yang tidak bisa dibayarkan itu ketika kita mengajarkan anak tersebut, kemudian anak menerima pembelajaran tersebut dan mereka bisa membaca, " sambungnya.
Dia sendiri memiliki cara agar membuat anak-anak semakin semangat belajar. Kak Dyas membuat sistem poin yang dapat ditukarkan dengan sejumlah hadiah.
"Jadi saya itu membuat teknik pengajaran dan membaca anak itu tidak dengan mengeja. Tapi menggunakan huruf awal ejaan. Ketika anak itu bisa memenuhi target yang kita tentukan, nanti akan ditukarkan dengan poin. Poin ini nanti bisa ditukarkan dengan untuk anak-anak dengan buku tulis, pensil warna, alat belajar, tas, seragam sekolah, seperti itu, " sebutnya.
Tak hanya mengajari anak-anak, Kak Dyas juga mengajari orang-orang dewasa di sana membaca. Sebab, sebagian orangtua anak-anak itu ada yang masih belum bisa membaca.
"Kita juga mengajari orangtua. Orangtua kan anter anaknya, beliaunya buta aksara juga. Jadi ibu-ibunya pun kita ajari, " ungkapnya.
Selain mengajar di Petuk Ketimpun, Kak Dyas juga memiliki kegiatan berbagi melalui komunitas Jumat Berkah. Kegiatan rutinnya dengan membagikan makanan atau uang tunai kepada masyarakat yang membutuhkan di Kota Palangka Raya.
"Kegiatan rutinnya setiap hari Jumat kita membagikan nasi, air mineral, uang, tapi tidak banyak. Mungkin Rp 50-100 ribu untuk tukang becak, pemulung, kemudian masyarakat yang di pinggir sungai kawasan slum. Kemudian untuk pemulung, anak jalanan, dan di Tempat Pembuangan Akhir, " imbuhnya.
Kegiatan itu juga masih rutin dilakukannya hingga saat ini. Dia juga aktif membagikan kegiatan itu di media sosialnya. Sehingga apabila ada masyarakat yang membutuhkan bantuan, bisa menghubungi melalui media sosial tersebut.
"Saya juga aktif di media sosial Instagram dan YouTube. Nanti ketika ada yang DM sampaikan informasi tentang warga yang mengalami masalah atau kesulitan, kita bersama tim akan survey, kemudian akan memberikan donasi dan bantuan, " ucapnya.
Baca juga:
Anak Petani Madiun Bisa Menjadi Kasal
|
Sesekali, Kak Dyas juga mengajak anggota Polri yang lain. Biasanya dia mengajak juniornya atau Bhabinkamtibmas setempat apabila sedang memiliki waktu luang.(*)